7 Tips Menuju Kebahagiaan Rumah Tangga

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. Ar-Rum ayat 21]

Hadis Nabi saw :

فال رسول الله صلى عليه وسلم : النكاح سنتى فمن رغب عن سنتي فليس منى

Pernikahan adalah perbuatan yang selalu diinginkan dan didambakan oleh setiap manusia yang hidup. Pernikahan itu adalah sunnah Nabi [النكاح سنتى], maka barang siapa yang tidak melaksanakan nikah, kata Nabi saw bukan golongannya [فمن رغب عن سنتئ فليس منى]. Pernikahan harus didasarkan pada agama, ibadah, dan menjalankan sunnah Nabi saw, dan bukan didasarkan pada nafsu belaka atau didasarkan tujuan lain yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pernikahan harus atas dasar suka sama suka, saling cinta, bukan dasar paksaan, dan bersandar pada ibadah kepada Allah. Sebab, dalam menjalani kehidupan bahtera rumah tangga, bagaikan orang mengarungi samudra luas dan penuh dengan gelombang, pada siang, malam, panas dan hujan bahkan badai dan genlombang harus dilalui. Mungkin saja, cuaca tidak bersahabat yang tidak pernah kita prediksi yang dapat saja datang secara tiba-tiba.Kita harus selalu siap untuk menghadapi dan selalu mengantisipasi setiap perubahan. Maka, apabila seseorang dalan menjalankan rumah tangga tidak memiliki dasar, pedoman, mesti akan terombang-ambing dalam perjalanan rumah tangganya.

Dalam berumah tangga, kita akan melalui perjalanan panjang dan sangat melelahkan dengan tujuan untuk mecapai “pantai kebahagiaan” yang sakinah dan diridhoi Allah..
Untuk mencapai “pantai kebahagian” tersebut, tentu saja kita harus:
[1] mempersiapkan diri dan mental, baik suami maupun istri,
[2] mempersiapkan berbagai keperluan dan bekal agar perjalanan kita terasa aman, nyaman, dan lancer, sebab apabila datang badai dan gelombang, kita akan siap menghadapinya dengan sikap tenang, tidak grogi, tidak takut dan tidak gentar sekalipun dahsatnya badai dan gelombang tersebut, sebab kita memiliki dasar [agama] dan pedoman [al-Qur’an dan Hadis].

Untuk mengarungi perjalanan [rumah tangga] itu dengan baik dan lancar, kita perlu mempersiapkan :
Pertama, kapal [rumah tangga] yang kokoh agar tidak macet dalam perjalanan.
Kedua, mesin yang betul-betul baik.
Ketiga, bahan bakar yang cukup dan memadai.
Keempat, membawa peta dan kompas sebagai pedoman perjalanan agar tidak sesat dalam perjalanan. Kelima, membawa peralatan yang memadai untuk mengantipasi macet.
Keenam, nahkoda yang pandai, lihai, dan memiliki strategi untuk mengemudi kapal.
Ketujuh, membawa bekal yang cukup dalam perjalanan.


Pertama :
Rumah Tangga [الاسرة ], bagaikan kapal [bahtera] yang kokoh. Rumah tangga, harus dibangun atas dasar taqwa, cinta, suka sama suka dan didukung dengan kedua belah pihak keluarga yang merestui serta mengharapkan ridho Ilahi. Selain itu, harus mempunyai niat dan kebulatan tekad untuk berumah tangga atas dasar lillahita’ala, dengan ibadah [salat] – Insya Allah, rumah tangga akan kokoh. Berumah tangga itu sendiri juga sebagai perilaku ibadah kepada Allah dan menjalankan sunnah Nabi saw [النكاح سنتى ].


Kedua :
Hati [ القلب], sebagai mesin yang bagus. Artinya, suami istri harus punya tujuan yang sama. Berumah tangga bukan untuk hanya sekedar melepas nafsu birahi, melainkan harus memiliki tujuan untuk mencetak generasi-generasi bangsa yang baik, kuat dan tanggung serta bertaqwa kepada Allah swt. Tanpa punya perasaan sehati, mungkin saja tujuan tidak akan tercapai. Maka dengan dasar ini, suami istri harus tahun kepribadian masing-masing dan inilah yang dinamakan ta’aruf [تعارف ].


Ketiga :
Akhlak [الاخلاق], sebaga bahan bakar. Dalam berumah tangga, apabila hanya berbekal atau memiliki cinta dan perasaan saja, tanpa dibekali dan atau dibarengi dengan akhlak mulia, jangan berandai-andai untuk dapat menguasai medan perjuangan yang berat itu. Akhlak adalah pondasi utama dalam beragama, kata Abul Atahiyah : ليست الدنيا الا بدين وليس الدين الابمكارم الاخلاق , artinya ”tidaklah dikatakan dunia kecuali dengan agama dan tidaklah dikatakan agama kecuali dengan akhlak mulia”. Maka, kita harus membangun rumah tangga dengan akhlak yang muliah. Akhlak sebagi pondasi utama untuk membangun rumah tangga. Prinsip akhlak disini adalah saling menghargai, menghormati, menyayangi, penuh dengan senyum. Sifat ini dinamakan tabassum [التبسم] dan sifat ini sangat dianjurkan Rasulullah saw.


Keempat :

القران الكريم والحديث sebagai peta dan kompas. Sebagai pedoman agar tidak tersesat dalam perjalanan dan ketika menemukan kesulitan, keresahaan, bacalah al-Qur’an dan kemudian kembalikan atau pasrah kepada Allah. Suami dan istri harus saling mengingatkan dan ta’awun atau kerjasama dalam menghadapi kesulitan hidup. Semua persoalan harus diselesaikan berdua dan selalu pasrah kepada Allah. Kata Baihaki, ان ذ كرالله شفاء , ingat pada Allah sebagai obat, dan وان ذكرالناس داء ingat pada manusia penyakit. [البيهقي ].



Kelima :
Nasehat [النصيحة], sebagai peralatan yang dibawa dalam perjlanan. Agama adalah nasehat [الدين النصيحة], maka kembali kepada ajaran agama Islam dalam menghadapi setiap persoalan, sehingga mudah terselesaikan. Maka dalam kehidupan rumah tangga, sepenuh apapun perasaan cinta suami pada istri atau sebaliknya, kesalah fahaman dan perselisihan [baik kecil maupun besar] mesti ada. Suami dan istri harus saling mengingatkan, saling menasihati dengan sabar antara keduanya untuk mencapai kebaikan وتواصو بالحق وتواصو بالصبر ( dan bernasehatlah dalam kebaikan dan kesabaran ) atau mungkin kita butuh nasehat-nasehat orang tua, ustadz, tokoh masyarakat, atau orang yang lebih berpengalaman, sebagai obat pencerahan untuk mencapai tujuan hidup yang mungkin salah dilakukan oleh kita. Maka, setelah mendapatkan nasehat-nasehat akan tumbuh saling percaya, saling memaafkan, dan menghargai kesalah fahaman itu. Sikap ini dinamakan takarrum [التكارم] atau saling menghargai.


Keenam :
Suami [الزوج ], sebagai nahkoda yang lihai. Suami harus pandai memainkan peranan, dapat menjadi panutan, cerdas melihat situasi, agar penumpang atau orang yang bersamanya merasa aman, tenang dan nyaman. Seorang suami harus memiliki ikhtiar dalam menjalankan perannya, sehingga seburuk apapun situasi dan kondisi yang dihadapinya, harus tenang, sabar, dan berserah diri pada Allah [يبتغون فضلا من الله ورضوانا ], “mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya”. Maka perumpamaan seorang suami, seperti seorang nahkoda yang menghadapi cuaca yang buruk. Dia harus tetap tenang untuk mencapai tujuan, maka secara perlahan-lahan tapi pasti dia akan lalui badai tersebut dan seluruh penumpang pasti akan menghormati dan menghargainya. Penghargaan itu akan datang dengan sendirinya, mungkin saja berupa ucapan terima kasih, mungkin ciuman, pelukan, bahkan dengan kepasrahan diri penumpang dan penumpang tersebut tiada lain adalah istri. Sikap ini dinamakan tala’ub [التلاعب ].


Ketujuh :
Kepasrahan [التسليم], sebagai bekal yang cukup. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, kita harus banyak berusaha [bekerja] dan berdo’a (وابتغ فيما اتاك الله الدار الأخرة ولا تنس نصيبك من الدونيا وأحسن كما احسن الله إليك) " . “ carilah anugrah Allah untuk kehidupan akhirat, tetapi jangan lupa nasib(bagian)mu untuk kehidupan dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik padamu”. Karena usaha atau bekerja tanpa do’a akan sia-sia, dan begitu juga sebaliknya do’a tanpa usaha atau bekerja adalah mimpi atau angan-angan belaka. Suami harus berusaha mencari nafkah untuk menghidupi istrinya. Suami dan istri harus dapat bekerja sama untuk melindungi perjalanan yang panjang, seorang suami tahu kebutuhan istri dan begitu sebaliknya istri tahu kebutuhan suami. Dengan demikian, akan terbangun sikap saling menghargai dan toleransi dalam berumah tangga. Sifat ini dinamakan tasamuh [التسامح].



Ketujuh mutiara ini, dinamakan “Resep agar tetap bahagia”, bertujuan yang jelas, pasti, dan sampai dengan selamat di atas Ridho Ilahi Robbi, dengan mengucapkan :

بارك الله لكماوبارك عليكماوجمع بينكما فى خير

Semoga Allah memberkahi pernikahan ananda berdua”, amien yaa robbal ‘alamiieen.


Semoga kita bisa mengambil hikmah dari catatan ini

Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat

Perlu Tabah Menghadapi Ujian Tuhan

Menjelang akhir 2014, kita disajikan dengan khabar kurang gembira. Berita banjir besar melanda tanah air, terutama negeri di Pantai Timur, sedikit sebanyak membimbangkan kita.
Apabila membaca akhbar dan menonton berita di televisyen, hati ini terasa diruntun mengenangkan ujian yang terpaksa dilalui saudara kita yang ditimpa musibah besar ini.

Kenalan saya yang berkunjung ke dua negeri yang teruk dilanda banjir iaitu Kelantan dan Terengganu baru-baru ini, berkongsi pengalaman melihat fenomena bencana alam ini.
Katanya, rancangan awal dia bersama keluarga membeli-belah di Rantau Panjang terpaksa dibatalkan apabila semua jalan menuju ke tempat popular itu ditutup kepada awam.

Di kiri dan kanan, dia melihat rumah ditenggelami air hingga ada yang nampak atap saja. Dia juga menceritakan detik cemas terpaksa mengharungi banjir yang mengalir deras seperti air sungai ketika dalam perjalanan ke Pasir Mas.

Ketika artikel ini ditulis juga, ada perkhabaran kurang enak mengenai lori yang terjerumus ke dalam lembah gaung di laluan Banjaran Titiwangsa akibat tanah runtuh yang meranapkan jalan berkenaan.
Sesungguhnya, 2014 adalah tahun yang menggamit pelbagai memori kepada kita sebagai rakyat Malaysia. Ia pasti dikenang sebagai tahun yang banyak meninggalkan memori duka kepada rakyat negara ini.

Ujian demi ujian datang bertimpa-timpa. Pasti kita masih segar dengan tragedi MH370 yang hilang secara misteri hinggakan bukan saja kita, malah dunia juga buntu mengenai pesawat yang masih gagal dikesan hingga ke hari ini.

Belum reda kehilangan MH370, Malaysia sekali lagi menjadi tumpuan dengan insiden hiba dan menyayat hati mengenai pesawat MH17 yang ditembak jatuh oleh pengganas di Ukraine. Lebih merobek hati kita dan menyentap perasaan apabila keseluruhan penumpang dan anak kapal pesawat MH17 terkorban dalam tragedi itu.

Selain dua berita di atas, rakyat Malaysia berdepan ujian lain yang tidak kurang juga getirnya iaitu nilai mata wang kita susut di pasaran dunia.
Krisis ekonomi sedikit sebanyak memberi kesan kepada rakyat Malaysia yang sebelum ini dibebani kos sara hidup yang semakin tinggi. Mereka yang biasa ke luar negara untuk urusan bisnes pasti merasai kesan ekonomi yang saya perkatakan ini.

Selain musibah yang menimpa Malaysia, dunia Islam digemparkan dengan khabar duka sepanjang 2014.
Kisah berdarah Palestin yang diserang Israel berulang lagi pertengahan tahun ini sehingga mengorbankan ribuan nyawa, termasuk kanak-kanak yang tidak berdosa.

Begitu juga air mata saudara kita di Syria yang belum berhenti mengalir akibat penindasan rejim Al-Assad yang rakus mengebom dan membunuh rakyatnya sendiri.
Sejak minggu lalu juga, kita digemparkan dengan perkhabaran duka mengenai pengeluaran waran tangkap Interpot terhadap ulama tersohor dunia, Syeikh Yusof Al-Qardhawi yang didakwa rejim zalim Mesir Al-Sisi sebagai penyokong keganasan. Mudah-mudahan Allah melindungi ulama ini yang pernah dinobatkan sebagai tokoh Maal Hijrah di Malaysia satu ketika dulu.

Jika dilihat dan dimuhasabah kembali satu persatu kisah duka sepanjang tahun ini dengan pandangan mata hati, pasti kita dapat merasakan segala ujian ini adalah bayangan peringatan daripada Allah kepada kita di Malaysia dan masyarakat Islam di seluruh dunia secara amnya.

Dunia semakin tua ketika pelbagai arus kemodenan yang melalaikan manusia daripada memperingati-Nya terus subur di sana sini. Syariat dan larangan Allah tidak dihiraukan, malah dipandang enteng.
Apakah kerana gelapnya hati menutup mata dan hati manusia untuk mengambil semua ini sebagai iktibar yang harus dimuhasabah pada kadar segera. Tepuk dada, tanya iman
--- Sumber

Alasan Wanita Melayu Akhir Zaman

1) "Walaupun kami tak pakai tudung, tapi kami sembahyang. Baik dari yang pakai tudung tapi tak sembahyang.."
Jawapan: 
Dua-dua jenis golongan ni sama-sama teruk. Sembahyang dan pakai tudung (tutup aurat) itu WAJIB dalam Islam ,kalau tak buat salah satu akan tetap berdosa besar. Jangan nak bangga diri konon lebih baik..

2) "Pakai tudung labuh tapi perangai buruk nak buat ape, baik lagi orang yang tak pakai tudung, tapi hati baik..."
Jawapan:
Pakai hijab, tudung dan menutup aurat itulah yang membezakan antara wanita Islam dan wanita bukan Islam. Hati baik walaupun tak perlu tutup aurat, itu macam ciri-ciri orang kafir bunyinya. Orang kafir memang sebegitu, pakai skirt pendek, pakai baju nampak bra tetapi hati baik. Habis apa yang membezakan wanita Islam ?

3) "Suka-suka hati je nak paksa-paksa kami solat, suruh kami pakai tudung, kan dalam Islam tiada paksaan ?"
Jawapan:
Ayat Al-Quran "..tiada paksaan dalam Islam" itu merujuk kepada orang-orang bukan Islam tidak wajib menganut dan mengikut cara Islam jika mereka tidak rela. Tetapi untuk orang-orang Islam, mereka BOLEH DIPAKSA untuk mengikut hukum-hukum syariah yang ada...contohnya hukum hudud....qisas..tak payah putar belit pulak...anak tak tutup aurat, boleh dipaksa dan dihukum sepatutnya..

4) "Kami pakai ketat-ketat pun, kami masih pakai tudung.. apa salahnya ?"
Jawapan:
Pakai pakaian yang menampakkan bentuk badan (ketat-ketat), sama je macam tak pakai pakaian langsung. Ertinya dalam Islam, kalau seseorang wanita memakai baju ketat dan seluar sendat tu, samalah macam orang yang berbogel. Tudung tu kira tiada makna...bertudung tetapi nampak macam telanjang, apa gunanya..?

5) " Tipulah pakai sanggul tinggi-tinggi tu tak cium bau syurga..?
Jawapan:
Hukum pakai sanggul tinggi, hadis mengatakan jika pakai takkan cium bau syurga. So kalau tak nak cium bau syurga takpela, teruskan pakai la sanggul tinggi (macam bonggol unta) tu.

Tokoh-tokoh yahudi yang merosakkan pemikiran

Besar, berbadan kukuh, dengan rerimbunan pohon mengelilinginya. Itulah gambaran Universiti tertua di Israel: Hebrew University. Ia ditubuhkan di tanah haram. Tanah sah milik bangsa Palestin yang terang-terangan dicuri demi Israel Raya. Tak heran dari kampus tua ini lahir bejibun pelakon pendukung Zionisme Israel. Kurikulum pun dirancang sedemikian rupa demi menelurkan sederetan orientalis yang angkuh. Ada yang merosakkan, ada pula yang merombak. Sasarannya adalah tatanan dunia Islam; dari ilmu hingga budaya.

Salah satu nama yang jarang dikenali atas kejayaan Hebrew dalam merosakkan kajian Islam adalah Joseph Horovits. Judah Magnes, Orientalis Yahudi keturunan Jerman yang merintis lahirnya Islamic Studies di Hebrew ini melihat bakat intelektual Horovits yang mampu menggabungkan Studi Islam dan Yahudi secara teologi. Atas pengaruh Judah Magnes pula, Horovits terpilh menjadi dewan pimpinan di universiti yang berdiri tahun 1918 tersebut.

Herry Nurdi dalam bukunya Belajar Islam Dari Yahudi menjelaskan bahawa Horovits sejatinya adalah seorang Yahudi ortodoks dari seorang rabbi di Frankurt. Kerjayanya dalam dunia orientalisme sebenarnya bermula sepanjang tahun 1907 hingga 1914. Kala itu ia menjadi pengarah dalam projek Islamic Inscription Department di bawah pemerintahan India. Kemampuannya menjadi orientalis terus terasah hingga dalam perjalanannya ke Frankfurt ia menghantar memorandum kepada Judah Magnes agar segera membentuk Institute of Arabic and Islamic Studies; ya Insitut yang kelak akan menjadi Universiti yang disegani di dunia Arab; Hebrew.

Horovits juga menyarankan agar pimpinan Insitut sebaiknya dipimpin oleh Sarjana Yahudi dari Amerika atau Eropah dan berharap beberapa pelajaran yang dikaji antaranya tafsir, hadis, fiqh, dan sejarah Islam. Horovits kemudian menyertakan lapan senarai nama Yahudi orientalis yang ia cadangkan untuk memimpin projek ini, termasuk dirinya sendiri.

Pada tahun 1926, Judah Magnes akhirnya bersetuju Horovits sebagai Pengarah yang boleh mengendalikan operasi institut kajian Islam ini dari jauh, di Eropah tepatnya. Dan pada 22 April 1926, berlangsung pertemuan pertama guru-guru Yahudi membahas rencana besar ini di Jerusalem. Mereka di antaranya adalah Horovits, Magnes, Billig, Mayer, Baneth, dan Ginsberg. Di Jerusalem itulah mereka mula menyusun dan merancang rencana kerja penyelidikan. Billig ditugaskan untuk menyelaraskan rencana-rencana penyelidikan dibantu dua orang pembantunya. Dan Horovits ditugaskan untuk melakukan kajian sastera klasik Arab.

Salah satu projek yang bercita-cita Horovits adalah menerbitkan Ansab Al-Ashraf of Baladhuri, sebuah projek yang disebut Horovits sebagai sebuah kaedah memahami Al-Quran. Tapi hingga kini, projek berprestij ini tak kunjung usai. Dari 10 jilid yang dirancang, baru disiapkan dua jilid saja.

Salah satu murid Horovits yang kemudian "menjadi" atas tempaannya adalah SD. Goiten. Ia langsung datang ke Israel dari Berlin pada tahun 1928. Di Israel, Goiten mengajar ilmu-ilmu bible dan kelak menjadi salah satu orientalis Yahudi yang sangat proaktif mengeluarkan karya-karyanya yang cukup sengit menyerang Islam.

Sejak awal Hebrew University memang cuba untuk membincangkan Islam dalam dua tema besar. Pertama, kekayaan tamadun Islam; terutama pada zaman pertengahan dan kedua menyelami bahasa-bahasa Arab klasik yang nantinya akan digunakan sebagai senjata untuk menyerang sumber-sumber Islam seperti Al-Quran dan ajaran di dalamnya. Semua ini harus mereka pelajari dengan tujuan menakluk dunia Islam demi kejayaan Israel Raya.

Muhammad Al Bahiy, seperti dikutip oleh Mohammad Natsir Mahmudi dalam bukunya Orientalisme Al-Quran di Mata Barat, juga menyifatkan hal senada. Ia mengemukakan ada dua motivasi para orientalisme yang sangat berkaitan erat pada misi politik terhadap umat Islam.

Pertama, tidak terlepas pada dominasi untuk memperkukuhkan Imperialisme Barat atas Negara-negara Islam. Kedua, mengukuhkan semangat perang salib dengan menggunakan kuasa kajian Ilmiah dan kemanusiaan. Ya nyanyian lazim para pelantun Zionisme dengan cita-cita membina dunia tanpa agama dan hanya menyisakan Yahudi sebagai nilai yang sesuai dianuti. Sebagaimana termaktub dalam Protocol of Zion pasal 14:

"Diusahakan di dunia ini hanya satu agama, iaitu agama Yahudi (inti ajaran agama yahudi adalah pemujaan kebendaan atau materialisme, pen). Oleh kerana itu segala keyakinan yang lain perlu dikikis habis. Kalau dilihat di masa kini, banyak orang yang menyimpang dari agama. Pada hakikatnya keadaan seperti itulah yang menguntungkan yahudi. Di masa akan datang masyarakat dunia akan berduyun-duyun memasuki agama Musa yang menundukkan mereka berada di bawah telapak kaki yahudi. Pada saat itu, suara kritikan hanya tertumpu kepada agama selain yahudi. Orang tak akan berani menelanjangi agama kita. Kerana rahsia yang terkandung dalam ajaran agama Yahudi sangat dalam, dan ajarannya selalu diperjuangkan oleh pendeta-pendeta kita. Segala karya tulis yang mengkritik agama kita tidak dibenarkan terbit dan tersebar di masyarakat. Kita terus berjuang menyebar-luaskan tulisan sastera picisan di masyarakat negara kuasa besar. "

Hukum Memilih Calon Pemimpin Non Muslim






Apakah boleh bagi seorang muslim memberikan suara (baca: nyoblos) dalam pemilu? Apakah boleh memberikan suara kepada caleg non-muslim (yang kafir)?



Jawab:

Kaum muslimin tidak boleh memberikan suara kepada calon non muslim. Tindakan tersebut berarti memuliakan dan meninggikan posisi orang kafir serta memberi jalan bagi orang kafir agar bisa menguasai kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman,



وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa’: 141)




Hanya Allah yang memberi taufik. Semoga shalawat dan salam dari Allah tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.



[Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, dan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz sebagai ketua]



Ada yang berdalil dengan kesahan memilih caleg non-muslim dengan hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, di mana ia bercerita,



وَاسْتَأْجَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبُو بَكْرٍ رَجُلًا مِنْ بَنِي الدِّيلِ هَادِيًا خِرِّيتًا، وَهُوَ عَلَى دِينِ كُفَّارِ قُرَيْشٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar mengupah seorang laki-laki dari Bani Ad Diil sebagai petunjuk jalan, dan dia adalah seorang beragama kafir Quraisy. (HR. Bukhari no. 2264).



Ini memang menjadi dalil para ulama akan bolehnya mempekerjakan orang kafir. Namun pembolehannya dengan syarat:



  • Orang kafir tidak memiliki kekuasaan menguasai kaum muslimin
  • Orang kafir tidak merasa di atas kaum muslimin.



Jadi sah-sah saja jika mempekerjakan orang kafir di pabrik atau untuk proyek pembangunan. Sebagaimana Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bekerjasama dalam mudhorobah (usaha bagi hasil) untuk mengurus tanaman dengan seorang Yahudi dari Khoibar. Yahudi tersebut lalu mendapatkan separuh dari hasil panen. Adapun jika mempekerjakan non-muslim lantas mereka memiliki kekuasaan pada kaum muslimin atau mereka bisa mengorek berita-berita kaum muslimin, maka seperti ini tidak dibolehkan. Lihat Tadzhib Tashil Al ‘Aqidah Al Islamiyah, hal. 238, karya Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin.



Jika kita melihat kembali hadits Bukhari yang disebutkan di atas, diterangkan bahwa non-muslim tersebut bertindak sebagai penunjuk jalan saja, bukan ingin memperjuangkan Islam. Itu pun termasuk bentuk tolong menolong yang mubah selama syarat di atas yang kami sebutkan terpenuhi. Sedangkan dalam hal Pemilu, jika caleg non-muslim yang dipilih, maka mustahil ia bisa memperjuangkan Islam di negeri minoritas muslim. Jika yang muslim saja tidak bisa memperjuangkan dakwah Islam di negeri minoritas, bagaimana sampai mengharap dari non-muslim? Apa jika caleg non-muslim terpilih bisa mengajak masyarakat muslim untuk shalat dan menunaikan kewajiban yang lain? Lebih aneh lagi jika yang jadi caleg adalah seorang pendeta dan ia disuruh menyuarakan Islam. Padahal kita tahu sendiri bahwa pendeta itulah yang paling benci pada Islam. Lantas bagaimana bisa jadi penolong atau mau dianalogikan dengan penunjuk jalan di atas?!



Ditambah lagi jika kita kembali di awal dengan mengkritik sistem demokrasi yang jelas menyelisihi prinsip Islam. Dan tidak pernah di negeri kita ini dijumpai patai yang memperjuangkan Islam dengan masuk Parlemen bisa berhasil menegakkan syari’at Islam di tanah air. Bagaimana mungkin para kyai bisa mengalahkan para preman lewat sistem demokrasi yang menghalalkan segala cara?!



Yang bisa menyadari hal ini jika ia masih membuka hati dan menerima kebenaran.
Hanya Allah yang memberi hidayah dan taufik.

Hukum menggabungkan Aqiqah, Qurban satu niat

Bolehkah menggabungkan Aqiqah dan Qurban dalam satu niat


Banyak sekali diantara kaum muslimin yang bertanya-tanya tentang hukum menggabungkan niat Aqiqah dan Qurban dalam satu waktu, atau dengan kata lain menyembelih hewan Qurban dan Aqiqah serentak dengan satu niatan dan satu hewan qurban. Hal tersebut bisa saja terjadi lantaran adanya berbagai hal dan alasan, entah dikarenakan sedikitnya harta yang dimiliki dalam melaksanakan dua ibadah tersebut dalam waktu yang berbeda, atau bahkan ada pula dengan alasan agar lebih hemat, efisien dan praktis. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya. 

Lalu bagaimana hukumnya Aqidah dan Qurban dilakukan berentak tersebut? 

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. 
Pertama: DiBOLEHKANnya untuk menggabungkan antara Qurban dan Aqiqah dengan satu niat. Para ulama yang berpendapat dengan dibolehkannya hal tersebut diantaranya: 
riwayat dari Imam Ahmad, madzhab hanafy, Hasan Basri, Muhammad bin Sirin dan Qotadah Rahimahumullah. 
Alasan dari pendapat ini adalah: 
 * Memberi kemudahan kepada manusia dalam menjalankan kedua ibadah tersebut. 
* Karena maksud dari kedua ibadah tersebut adalah sama-sama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan cara penyembelihan hewan. 

Kedua: TIDAK BOLEH menggabungkan Qurban dengan Aqiqah Ulama yang berpendapat dengan dilarangkan hal tersebut diantaranya adalah: riwayat dari Imam Ahmad, Madzhab Malikiyah dan Madzhab Syafi’iyah. 
Alasan dari pendapat ini adalah: 
 * Ibadah yang mau digabungkan itu bukanlah ibadah yang berdiri sendiri (arab: Laysat maqshudah li dzatiha), dalam artian ibadah itu bisa diwakilkan pelaksanaannya dengan ibadah lain yang sejenis. Adapun jika kedua ibadah itu berdiri sendiri (arab: Maqshudah li dzatiha), dalam artian keduanya dituntut pelaksanaannya sendiri-sendiri karena maksud dan tujuan kedua ibadah itu berbeda, maka yang seperti ini tidak boleh menggabungkan keduanya. 

Lalu bagaimana kita memahami dan menyikapinya? Ketika kita melihat permasalahan tentang hukum pelaksanaan Aqiqah dan Qurban dalam satu waktu dan satu niat, maka kita sebenarnya telah mengetahui bahwa antara Aqiqah dan Qurban tentu mempunyai niatan yang khusus. Dan kedua ibadah tersebut merupakan ibadah yang berdiri sendiri. 
1. Ibadah yang berdiri sendiri-sendiri Tentu kita tahu bahwa maksud disyariatkannya ibadah Aqiqah adalah penyembelihan hewan dengan niatan rasa syukur kita kepada Allah atas pemberian (titipan) anak yang telah Allah limpahkan kepada kita selaku orang tua. Sedangkan Qurban tentu sudah jelas bahwa penyembelihannya di hari raya yang khusus, yang tidak asing bagi kita yaitu di Hari Raya Idhul Adha Al Mubarak. Dikarenakan kedua ibadah itu tidak sama jenis dan waktunya, begitu juga niat dan penyebabnya juga berbeda, maka tidak mungkin ibadah satu mewakili ibadah yang lainnya, seperti halnya disaat orang haji menyembelih hewan untuk tamattu’ maka tidak bisa digabungkan dengan penyembelihan hewan karena ada fidyah. Begitu juga dengan penyembelihan hewan untuk Qurban dan Aqiqah ini. Contoh lainnya adalah pelaksanaan sholat malam (baik tahajud atau sunah fajr) dikarenakan mungkin kelupaan dalam melaksanakannya kemudian kita menggabungkannya dengan shalat dhuha. Hal ini juga tidak boleh, karena asal waktu perngerjaan kedua shalat sunah tersebut berbeda. Satu pada malam hari, sedangkan satu lagi pada pagi hari setelah terbitnya matahari. 

2. Bukan ibadah yang berdiri sendiri Namun sebaliknya, jika ibadah tersebut memiliki kesamaan jenis, waktu dan juga sebabnya maka ibadah tersebut bisa digabung. Sebagai contoh: Puasa 6 hari di bulan syawal dengan puasa senin kamis. Yang dituntut dari puasa 6 hari di bulan syawal adalah pokoknya berpuasa 6 hari di dalamnya, hari apapun itu. Karenanya, jika seseorang berpuasa pada hari senin atau kamis di bulan syawal, maka itu bisa sekaligus dia jadikan sebagai puasa syawal baginya. Contoh lainnya adalah penggabungan antara shalat rawatib dengan shalat tahiyatul masjid. Tahiyatul masjid bukanlah ibadah yang berdiri sendiri (maksudnya adalah shalat 2 rakaat –apapun jenisnya- sebelum seseorang duduk didalam masjid. Karenanya, kapanpun seseorang sudah shalat 2 rakaat sebelum duduk, maka dia telah melakukan tahiyatul masjid entah apapun jenis shalat 2 rakaat yang telah dia lakukan. 


Kesimpulan Dari penjelasan diatas, meskipun ada beberapa ulama yang membolehkan atau yang melarangnya, keluar dari perbedaan pendapat tersebut dengan senantiasa mewaspadai dan menjaga diri dari sikap tahawun (menggampangkan dalam urusan agama) maka lebih selamat dan lebih baiknya ibadah tersebut dilakukan dengan sendiri-sendiri. 

12 kaum yang dibinasakan Allah SWT

1. Kaum Nabi Nuh
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang engkar, termasuk anak dan isteri Nabi Nuh. (Surah Al-Ankabut: 14)
2. Kaum Nabi Hud
Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa. (Surah Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13)
3. Kaum Nabi Salleh
Nabi Salleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Salleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka. (Surah ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12)
4. Kaum Nabi Luth
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyonsang, iaitu berminat dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Banyak kali diberi peringatan, mereka tidak mahu bertaubat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah runtuhan rumah mereka sendiri. (Surah Alsyu’araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12)
5. Kaum Nabi Syuaib
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah kerana mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perniagaan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Banyak kali mereka berlindung di tempat yang teduh, perkara itu tidak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa. (Surah Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44)
Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pohonnya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah). (Surah AlHijr: 78, Alsyu’araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14)
6. Firaun
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun mengaku sebagai tuhan. Dia akhirnya maut di Laut Merah dan jasadnya berjaya diselamatkan. Hingga kini masih boleh disaksikan di museum mumi di Mesir. (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92)
7. Ashab Al-Sabt
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestin). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina. (Surah Al-A’raaf: 163)
8. Ashab Al-Rass
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Salleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.
Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan kerana mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam perigi sehingga mereka dibinasakan Allah. (Surah Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12)
9. Ashab Al-Ukhdudd
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT. (Surah Alburuuj: 4-9)
10. Ashab Al-Qaryah
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras. (Surah Yaasiin: 13)
11. Kaum Tubba’
Tubaa’ adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat engkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah empangan air. (Surah Addukhan: 37)
12. Kaum Saba
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Kerana mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan empangan Ma’rib dengan banjir besar (Al-Arim). (Surah Saba: 15-19)
* Sumber dari selasihhijau.blogspot.com